Menilik horrornya hubungan romantis di film 'Midsommar'




Dani: It’s in his tone, like, you can hear it in his voice, he’s just working up the nerve to say something.
Dani’s Friend: So be direct. Confront him.
Dani: What if I’ve scared him though? I’m always roping him into my family crap.
Dani’s Friend: How do you rope him in?
Dani: I’m always leaning on him! Like I even called him today in tears because my sister wrote another stupid scary email.
Dani’s Friend: That’s what he’s there for.

Film 'Midsommar' ini merupakan salah satu film horror yang paling unik yang pernah saya tonton. Well, sejujurnya saya sangat menghindari nonton film horror. Tetapi Midsommar beda. Di film ini tidak ada jumpscare maupun setan muncul tiba-tiba layaknya film horror pada umumnya, film ini penuh bunga-bunga dan terangnya langit Sweden yang sungguh 'manis'. Tapi... di balik itu semua horrornya film ini membuat saya tidak bisa tidur dua malam, dan memutuskan untuk menulis lagi (setelah setahun ngumpulin niat yang ga kekumpul-kekumpul). 

Jadi... film ini menurut saya sangat banyak meaningnya, terutama dari sisi psikologis si pemeran utama, Dani. Di film ini, Dani diceritakan sebagai seorang wanita yang punya banyak 'beban', adiknya menderita Bipolar dan beberapa kali mencoba suicide. Dani pun merasa bertanggung jawab untuk menjaga sanity level keluarganya. Beban yang berat tersebut membuat Dani mudah untuk panik dan memiliki kecemasan yang cukup tinggi, khususnya karena dia sadar betul bahaya mental disorder (dimana diceritakan ia adalah mahasiswa psikologi).

Sebagai orang yang memiliki 'banyak beban' dan juga cukup pencemas, ia ingin memiliki teman untuk berbagi. Nah, disini uniknya. Ia berpacaran dengan seorang pria bernama Christian, orang yang dia harapkan bisa berbagi semua ceritanya. Sayangnya, layaknya orang normal, Christian juga ingin merasakan masa muda yang 'bebas' dan penuh kesenangan. Tak jarang ia bermain 'petak umpet' dan melakukan hal yang dilarang di hubungan (baca: ewe bebas dan suka bohong).

Tidak, Christian bukan peran Antagonis disini, di satu sisi ia juga memikirkan perasaan Dani (makanya dia maju mundur untuk bertahan dengan Dani), hanya saja ia tidak tahu bagaimana cara menghadapi situasi Dani, sehingga tanpa sadar ia menjadi ignorant.



Dani: Look, I don’t mind you going. I just wish you would’ve told me, that’s all.
Christian: Well, I just apologized, Dani.
Dani: You didn’t apologize, you said sorry, which sounds more like, “Too bad.”
Christian: Maybe I should just go home.
Dani: What? No. No. I’m just trying to understand. 
Christian: And I’m trying to apologize. 
Dani: And I don’t need an apology. I don’t, I just wanted to talk about it, that’s all.
Christian: I really think I should just leave.
Dani: No! No, no, no, no. Please, please, please. I’m not trying to attack you. I’m not.
Christian: It really feels like you are.
Dani: Well, then I’m sorry. I’m, I just got confused.

Dani yang cukup peka pun sadar akan ke 'ignorant' an Christian. Uniknya, segala 'masalah' yang mereka hadapi dirasakan Dani sebagai salahnya. Apapun salah Christian, dari menganggap remeh masalah adik Dani, menyembunyikan rencana liburan jangka panjang,  hingga lupa ulang tahun Dani, dimaklumi Dani asalkan Christian tetap bersamanya. (Sumpah, kalau kamu tertarik 'begini-beginian' kamu harus nonton film ini)

Kebutuhan yang berbeda dari  Hubungan Si Pencemas dan Si Penghindar 


Dalam ilmu hubungan interpersonal, salah satu teori utama yang dipercaya mempengaruhi kualitas hubunganmu adalah attachment style kamu, apakah kamu stabil, ataukah kamu pencemas atau penghindar (Bartholonew dan Horowitz, 1991). Nah, tipe hubungan dari karakter Dani yang pencemas dan Christian yang penghindar ini sebenarnya cukup rumit, karena kebutuhan mereka yang 'berbeda'.


Pencemas memiliki ketakutan akan ditinggalkan, biasanya karena ada pengalaman buruk sebelumnya (Li dan Chan, 2012). Selain itu, si pencemas ini butuh banget 'pengakuan' dari pasangannya bahwa dia itu diinginkan (Bartholonew dan Horowitz, 1991). Menurut Ni (2016), adanya ketakutan ditinggalin dan kebutuhan akan pengakuan ini membuat si pencemas menjadi terlalu sensitif ("kayaknya dia bosen deh sama aku"), tidak berani memperjuangkan keinginannya ("yaudah deh, kalau itu mau kamu"), dan juga terlalu permisif ("aku yang salah karena membuat pasangan nggak nyaman"). Tipe hubungan ini juga seringkali ngebuat pasangan 'gerah' karena si pencemas bisa terus-terusan minta maaf dan cenderung clingy untuk memastikan pasangan nggak pergi (misalnya kayak nelpon kamu sehari lima kali). 

Sebaliknya, si Penghindar memiliki kebutuhan untuk merasa bebas secara fisik dan emosional (Ni, 2016). Kebutuhan ini sesuai dengan karakter Penghindar yang nggak suka dibebani dan nggak suka jika ia harus bergantung sama orang lain. Dia juga cenderung 'kabur' kalau ada orang lain yang membuat dia merasa nggak nyaman. Bukannya jahat, tetapi mereka juga kurang bisa mengerti kenapa sih hubungan harus diprioritaskan dibandingkan urusan pencapaian diri. Makanya tipe hubungan ini seringkali terlihat 'cuek' dan sering walk out jika membahas masalah. 


Lalu gimana sih kualitas hubungan mereka? 


Nggak hanya kamu, banyak peneliti yang ingin tahu gimana sih kualitas hubungan dari dua karakter yang bertolak belakang ini. Bisa nggak sih mereka bareng dan hidup happily ever after

Nah, peneliti dari Chinese University of Hongkong, Li dan Chan (2012), membuat 'rangkuman' (bahasa benernya meta analisis) dari 73 penelitian yang melibatkan 21.602 partisipan. Hasilnya, ditemukan ketidakpuasan hubungan dalam hubungan kedua karakter tersebut. Si Pencemas cenderung memiliki korelasi yang negatif dalam hal connectiveness dengan pasangan. Lebih jauh lagi, si Penghindar jauh lebih merasa tidak puas secara umum dan kerap menjaga jarak dengan pasangannya. 

Dalam studi literaturnya, Li dan Chan, juga menemukan hubungan antara gender dengan perilaku destruktif dalam hubungan, dimana Wanita Pencemas akan lebih destruktif (misalnya overreaktif) dibandingkan Pria Pencemas, dan sebaliknya, Pria Penghindar juga lebih mudah 'kabur' saat ada masalah. Makanya, nggak heran kalau hubungan Dani dan Christian ini 'horror banget'!

As a summary, kualitas hubungan kamu bisa se horror film 'Midsommar' kalau kamu nggak memperhatikan tipe attachment kamu dan pasangan. At the end, jika kamu bertanya, bisa bahagia nggak? balik lagi, it depends on you.. mana yang kamu pilih, "berjuang mati-matian" atau "melipir sebelum bencana?" 

Love,

Ika


Sumber: 

Bartholomew, K., Horowitz, L.M. Attachment Styles Among Young Adults: a Test of a Four-Category Model. J Pers Soc Psychol. (1991)

Li, T., & Chan, D. K‐S. (2012). How anxious and avoidant attachment affect romantic relationship quality differently: A meta‐analytic review. European Journal of Social Psychology, 42(4), 406-419.
http://dx.doi.org/10.1002/ejsp.1842

Ni, P. (2016, February 7). What is Your Partner's Relationship Attachment Style? Retrieved from https://www.psychologytoday.com/intl/blog/communication-success/201602/what-is-your-partner-s-relationship-attachment-style






Comments

Post a Comment