Seputar Catcalling: Bukan kamu yang harusnya malu!!



Waktu itu kejadiannya malam Minggu tanggal 15 Maret 2015 jam 11 malam. Saya dan pacar (yang sekarang udah jadi mantan) lagi berjalan pulang  dari arah Gandaria City ke radio dalam karena kita abis nonton konser. Waktu itu inget banget saya lagi pake baju hitam dress midi. Pas lagi jalan di depan alfamart gandaria,  ada bapak-bapak bertiga nongkrong. Salah satu dari mereka tiba-tiba nyeletuk "aduh enak banget pasti tembem nih" (kalo bahasa slanknya, they talked about my vagina!!). Pas saat itu emang begonya saya takut banget dan cepet-cepet jalan. Dan begonya lagi, pacar saya pun nggak ngapa-ngapain at that time. Parahnya lagi, pas kita udah jauh dari segerombolan orang-orang itu, pacar saya dengan santainya bilang sesuatu yang intinya agak mikirin perkataan si bapak-bapak itu. KAN GILA YA! mungkin dia cuma mau ngehibur, tapi pada saat itu saya cuma bisa jalan cepet and i was very shaking berharap ga kepikiran lagi.
Kalau diinget-inget sekarang, saya nyesel karena 2 hal, (1) for not standing up for myself, and (2) for not seeing that i can't rely on someone
Kejadian agak traumatis yang udah saya pendam lamaa banget itu teringat lagi saat saya ikut action festival yang diadakan oleh UN kemarin. Saat teman-teman dari  Hollaback Jakarta, Tabu, Jakarta Feminist Club, dan juga perwakilan dari komnas HAM sharing, banyak pr berupa kasus pelecehan terhadap perempuan yang membuat saya meringis. Salah satunya tentang catcalling. Banyak juga yang mengalami kasus pelecehan seperti saya di atas, tetapi kita seringkali merasa sendiri, merasa takut atau malu akan hal-hal yang sebenarnya bukan salah kita. Oleh karena itu, di tulisan ini saya mengajak kamu untuk bersama-sama mengerti fenomena catcalling ini dan tahu apa yang harus dilakukan saat menghadapi pelecehan tersebut. 

Apa itu Catcalling?
Menurut definisi dari Mirriam-webster, catcall adalah tindakan memanggil atau berkomentar dengan konten seksual, agresif, atau mengancam kepada seseorang yang lewat di tempat umum. Catcalling ini sering kita temui di kehidupan sehari-hari, dari mulai dipanggil-panggil orang nggak dikenal di jalan (e.g eneng noleh sini dong), disuit-suitin, bahkan ada yang sampai manggilin sambil ngintilin.

Walaupun memang catcalling lebih dekat kepada street harrasment, di era serba digital sekarang, catcalling juga merambah ke komunikasi tidak temu muka, yang disebut juga digital catcalling. Bentuk dari digital catcalling ini bisa dari komentar bernada seksual di social media sampai di chat orang nggak dikenal yang buat kamu jadi nggak nyaman.

Kenapa Catcalling itu pelecehan? 
Bagi orang yang tidak mengerti, catcalling seringkali dianggap sebagai pujian (e.g "lo kan cantik harusnya bangga digodain), atau juga sebagai peringatan untuk introspeksi diri (e.g makanya jangan mengundang!). Tapi sadar nggak sih bahwa apapun yang kami lakukan (mau dandan apa kagak), apa pun yang kamu pakai (mau berkerudung apa pun baju mini), kami akan tetap berpotensi kena catcalled? 
As short, Kami tidak merasakan catcalling sebagai pujian. Kami merasa tidak nyaman!
Apa dampak Catcalling? 
Menurut British Journal of Social Psychology yang diterbitkan University of Melbourne, dengan dibuat tidak nyaman, catcalling ini bisa berdampak ke mental korban, terutama ke self esteemnya.  misalnya
- Korban takut pergi sendiri dengan bebas, karena merasa terancam dan takut diserang.
- Korban menyalahkan diri sendiri, merasa apakah terlalu 'mengundang' atau pulang terlalu malam
- Korban tidak nyaman untuk mengekspresikan dirinya, ia pun merasa dirinya akan menjadi objek seksual.


Nggak dari korban aja, dampak sosial dari si pelaku catcalling juga ada! Misalnya, pelaku merasa catcalling adalah hal yang biasa, begitu juga pelecehan nonverbal. Alhasil, ngeliat korban yang emang nggak melawan di catcalling, bisa juga 'diajak' melakukan hal lebih. Kebayang nggak sih bahayanya jika budaya catcalling ini dibiarin begitu aja? 

Kalau menghadapi atau melihat Catcalling kita harus apa? 
Yes, kita bisa melawan loh! Memang sih keliatannya menakutkan, atau akan jadi ribut jika kita mempermasalahkan catcalling. Tapi kita berhak loh untuk merasa aman dan membuat mereka mengerti bahwa apa yang mereka lakukan itu salah!

Secara singkat, berikut hal yang bisa kamu lakukan saat menghadapi atau melihat seseorang kena catcall

- Tegur dengan sopan orang yang melakukan catcall, misalnya "Maaf bang dia nggak nyaman digituin karena itu termasuk pelecehan", lalu pergi dari tempat itu. Nggak perlu sampai adu jotos kok. Percaya deh, si abang atau ibu yang ditegur dengan baik-baik itu pasti aslinya malu.

- Ajak orang lain atau si korban untuk ngobrol, jadinya si pelaku tidak mendapatkan atensi

- Jika kamu tahu tempat yang emang rawan, dimana udah berulang kali si pelaku melakukan catcall, jangan ragu untuk ngerekam atau foto pelaku. Laporkan kepihak berwajib dan jangan lupa untuk ingatkan teman-teman kamu juga terkait orang tersebut.

- Jika menghadapi digital catcall, akan lebih mudah untuk kamu melakukan screen shot. Simpan bukti dan laporkan akun catcaller tersebut sebagai user yang menyebarkan konten tidak sopan.

Jika kamu butuh bantuan lebih lanjut, teman-teman dari Hollaback Jakarta (instagramnya: @hollaback_jkt) nyediain wadah bagimu untuk sharing cerita dan juga sharing pengalaman kamu #lawanpelecehan loh. Nggak hanya itu, mereka juga bantu kamu untuk belajar apa yang harus dilakukan saat menghadapi pelecehan.

Jadi, percayalah kamu nggak sendiri. Rasa nyaman dan aman adalah HAK kamu. Yuk berantas catcalling sama-sama!

Love,
Sartika

Referensi 
https://www.merriam-webster.com/dictionary/catcall
https://www.yourtango.com/2014224361/love-dating-sexual-harassment-catcalling-really-means
https://www.independent.co.uk/life-style/catcalling-negative-women-self-image-think-themselves-sexual-harassment-object-street-men-sexism-a7850291.html


Comments

Post a Comment