Mengapa Selalu Menyalahkan Valakor?


Saat kamu mendengar orang memaki "Dasar perusak rumah tangga orang!" Sosok seperti apakah yang kamu pikirkan? Yup, sosok perempuan bukan? 

Jika salah satu dari pasangan diketahui selingkuh, siapa yang paling sering disalahkan? tak lain adalah  pihak perempuan. 

Jika Sang Istri yang berselingkuh, maka Sang Istri dituduh habis-habisan karena tidak bisa menjaga kehormatannya. Jika Sang Suami yang berselingkuh, maka si pihak ketiga lah yang dimaki-maki sebagai Valakor. Bahkan, tak jarang Sang Istri yang sudah menjaga kehormatannya juga ikut disalahkan karena tidak bisa mempertahankan perhatian Suami (eg. "Kamu sih kurang ngasih jatah" and so on).

Familiar? Ternyata penuduhan "semua salah perempuan" ini tak hanya terjadi di Indonesia, tetapi berlaku umum! Jika kamu pernah menonton "12 Years Slave", kamu akan menemukan adegan seorang buruh perempuan yang diperkosa oleh tuannya. Tertangkap oleh si Nyonya rumah, Nyonya rumah dan Tuannya justru menghukum si budak secara brutal. "adil" ya. 

Jika disebut ketidaksetaraan gender, menurut saya hmm kurang tepat ya. Toh ternyata kebanyakan tudingan bukanlah berasal dari laki-laki, melainkan dari kaum perempuan sendiri. Hmm kenapa ya? 

Dari hasil pencarian saya, ini beberapa alasan logis yang bisa saya temukan 

1. Wanita = Suci, Laki-laki = Petualang



Jika wanita disebut Pelakor (Perebut Laki Orang -red) , maka laki-laki yang berselingkuh biasanya disebut player. 

Menurut  Dr Christine Hartman, Ph.D., seorang relationship scientist dari Universitas Colorado, laki-laki identik dengan sifat 'nakal' mereka. Makanya, mereka lebih bebas untuk melakukan hal yang dinilai masyarakat kurang baik, misalnya merokok, pergi malam, terlibat baku hantam dengan sesama lelaki ataupun minum alkohol. 

Sebaliknya, perempuan diharapkan untuk lebih menjaga dirinya tetap 'suci' dan menjaga stabilitas hal-hal di sekitarnya, termasuk hubungan romantis. Secara tidak langsung, perempuan yang hubungan romantisnya 'kurang' lurus, akan dianggap lebih melanggar dibandingkan pihak laki-laki, sehingga lebih mudah untuk disalahkan. 

2. Menyalurkan rasa marah yang tidak bisa tersalurkan



Sebenarnya sejak kecil kita sudah diajarkan untuk menyalahkan pihak ketiga, misalnya "Lantainya nakal" saat anak terjatuh. Menyalahkan pihak ketiga memang lebih mudah dibanding melihat kenyataan, apalagi saat kenyataan tersebut bisa merusak reputasi dan hubungan romantis. 

Menurut Hartman, akan lebih mudah untuk berpikir bahwa suami dirayu dibandingkan mengakui bahwa seorang wanita gagal untuk mempertahankan laki-lakinya. Secara mental, seorang wanita akan melakukan defense mechanism dengan menyalurkan kemarahannya ke perempuan lain dibandingkan ke sang suami. Dengan menutup mata, hubungan wanita pun menjadi lebih aman dan membuatnya lebih mudah memaafkan suami.

3. Perempuan sebagai si penjaga gua



Berbicara tentang defense mechanism wanita ini, kita bisa melihat dari sudut pandang teori evolusi . Dunn & Billet, peneliti dari Cardiff’s school of health sciences, menemukan bahwa nenek moyang kita menempatkan wanita sebagai penjaga gua dan laki-laki sebagai penyebar benih.

Sebagai penyebar benih, laki-laki mempunyai dorongan untuk menyebarkan sperma dan memperoleh keturunan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, laki-laki lebih dimaafkan oleh publik jika ketahuan selingkuh.

Sebaliknya, sebagai penjaga gua, tugas utama wanita adalah menjaga 'telur'nya dan fokus pada keluarga. Saat perempuan 'keluar dari gua' (mencari laki-laki lain -red),  hal tersebut menyalahi 'kodrat'nya dan tidak bisa diterima oleh publik. 


Menurut saya pribadi, mungkin agak sulit untuk publik (terutama para perempuan) untuk tidak menyalahkan pihak ketiganya (terutama ketika pihak ketiga secantik Raisa). Tetapi ada baiknya untuk melihat bahwa hubungan perselingkuhan itu pastilah terjadi karena dua pihak, pihak wanita dan pihak laki-laki. Maka, langkah selanjutnya adalah menjadi bijak dan juga lebih berhati-hati untuk mengambil keputusan. 

Love, 

Sartika



Sumber: 

Dold, K.(2015). Why men cheat, why everyone blame the otherwoman?. Womenhealthmagazine.  
Diakses dari https://www.womenshealthmag.com/relationships/ blame-other-woman

Dunn, M.J. & Billett, G. (2017). Jealousy levels in response to infidelity revealing Facebook messages depends on sex, type of message and message composer: Support for the evolutionary psychological perspective, Evolutionary Psychological Science, DOI: 10.1007/s40806-017-0110-z

Methanisa, K. (2017). Kenapa di Perselingkuhan Yang Lebih Sering Disalahkan Cuma Perempuan 'Pelakor'? Vice. Diakses dari https://www.vice.com/id_id/article/43nejw/kenapa-di-perselingkuhan-yang-lebih-sering-disalahkan-cuma-perempuan-pelakor

Comments