Find your IKIGAI : 4 (+1) Hal yang Harus Kamu Pertimbangkan Saat Cari Kerja



Apakah aku ada di karir yang tepat? 


Tak peduli saat kamu lulus kuliah, saat kamu sudah 2 atau 3 tahun bekerja, atau saat kamu sudah berada di karir yang menjanjikan, pertanyaan ini mungkin saja terlintas di otakmu.

Memilih karir sendiri memang banyak faktor, dari sisi minat, bakat, permintaan pasar, serta feasibilitas lapangan pekerjaan. Nah, terdapat satu istilah jepang yang lumayan sering digaungkan di media ataupun seminar startup:

Sumber gambar : https://steemit.com/steem/@alexoz/finding-your-ikigai


Yup, Ikigai ini disebut sebagai pencarian alasan untuk hidup, apa sih satu hal yang akan membawamu merasa puas, tercukupi, serta menemukan makna di hidup. 

Kedengarannya berat banget ya? hehe

Menurut Dan Buettner, jurnalis National Geographic yang meneliti tentang orang-orang yang panjang umur, ia menemukan bahwa ikigai adalah salah satu kunci bagaimana orang tak lagi menjalani hidupnya sebagai rutinitas, tapi juga selalu bersyukur dan bahagia karena tahu apa yang ia cari dalam hidup. Hal serupa juga ditemukan oleh Gordon Matthews, seorang antropolog dan juga seorang filsuf, ketika ia membandingkan kualitas hidup orang Amerika dan Asia.

Apa rumus ikigai? 




Sebenarnya penjelasan singkat dan cukup lengkapnya ada pada gambar circle of passion dari dreamstime yang saya googling di atas. Rumusnya adalah menemukan apa bakat dan skill kamu, apa yang kamu minati, dan juga apa yang diperlukan dunia. 

Belum tahu ikigaimu? Tidak apa-apa. Kamu punya waktu untuk berpikir! Coba buat list dari ketiga komponen tersebut sebanyak-sebanyaknya. Nantinya, kamu bisa menemukan benang merah dan menentukan arah karir dari situ. 

Apakah itu cukup untuk buat saya bahagia saat menekuni karir tersebut?

Oh iya, salah satu kunci kepuasan hidup yang diamati oleh Gordon adalah tentang peran sosial, yaitu bagaimana seseorang berperilaku berdasarkan hal, kewajiban, norma, serta ekspektasi orang-orang sekitarnya (sebut saja keluarga, lingkungan pertemanan, dan lain lain). 

Nah. saya melihat peran sosial ini lah yang kadang buat orang (terutama millenials) bingung untuk memilih karir

Beberapa orang yang saya temui sangat bingung ketika dia sudah menemukan apa yang ia minati, bakatnya, dan juga source untuk menyalurkannya, tetapi orang tuanya mendorong ia untuk mengejar profesi yang dianggap orang tua menjanjikan, sebut saja PNS, dokter, insinyur, and so on. 

Oleh karena itu, saya coba untuk mendetailkan ikigai versi saya dengan memisahkan lingkungan sosial dari pihak perusahaan/customer (yang akan membeli barang/jasa kita), dan pihak yang berpengaruh di kehidupan kita (keluarga, teman, etc). Kira-kira begini diagramnya:


Nah, setelah kamu sudah tahu ikigaimu, kamu terlebih dahulu bisa membahasnya dengan lingkungan sosialmu. Jika memang pola pikir mereka berbeda, kamu bisa bernegosiasi, mempersuasi orang tersebut untuk mempercayai keputusanmu, atau bahkan memikirkan ulang keputusanmu. 

Menurut saya 'restu' ini penting, karena seperti yang dibahas Gordon di atas, kamu akan sulit untuk menemukan kepuasan hidup apabila tidak bisa mengikuti peran sosialmu. 

Selamat Memilih Karir!


Sumber: 

"Dan Buettner: How to live to be 100+". TED talk about longevity that explains the word in the Okinawan context. Jan 2010. Dapat diakses di https://www.ted.com/talks/dan_buettner_how_to_live_to_be_100#t-85138

Mathews, Gordon (1996). What Makes Life Worth Living?: How Japanese and Americans Make Sense of Their Worlds. University of California Press.

Sebastian, Yoris,dkk. (2016). Generasi langgas: millenials indonesia. Gagas Media. 



Comments