3 Tips Melewati Quarter Life Crisis


Life has many ways of testing a person's will, either by having nothing happen at all or by having everything happen all at once.
- Paulo Coelho

Umur 25 tahun ke atas kerap jadi patokan untuk mengarah ke jenjang hidup baru, misalnya sudah memiliki karir yang stabil, punya rencana masa depan, bahkan sudah didorong untuk memiliki hubungan serius. 

Di umur 20 tahun menengah ini, kamu akan dituntut oleh sekelilingmu menjadi dewasa dan lebih matang. Karenaitu, kamu pun biasanya mempertanyakan kembali segala keputusanmu dan segala rencana hidupmu, apakah kamu akan tetap menjalani hal seperti sekarang atau berputar haluan dan mengganti arah hidupmu.

Cukup familiar? Selamat datang di krisis seperempat abad (Quarter life Crisis)

Krisis seperempat abad dapat diartikan sebagai krisis identitas yang menyebabkan orang tersebut merasakan kecemasan, keraguan pada kemampuan diri, serta perasaan depresi, terutama pada saat orang tersebut telah lulus dari jenjang perkuliahan dan dituntut untuk memiliki kedewasaan (Rossi & Mebert, 2011). Rossi dan Mebert juga menemukan bahwa sekitar 40% dari laki-laki dan perempuan yang berumur 20 tahun ke atas pernah merasakan hal tersebut (Yup, kamu ga sendirian!).

Jika kamu termasuk salah satu yang merasakan quarter life crisis ini, ada tiga tips dasar yang bisa saya berikan ke kamu.

Tips Pertama : Bidang pekerjaan, Sadari apa yang kamu inginkan



Banyak diantara orang yang berusia 25 tahun telah menentukan pilihan pekerjaan, terutama bagi kamu yang telah menemukan passion sejak SMA atau setelah lulus kuliah, Akan tetapi, lebih banyak lagi orang yang masih ragu, terutama bagi yang masih berganti-ganti pekerjaan ataupun baru lulus dari S2.

Hal pertama yang perlu kamu sadari adalah tidak mengapa jika kamu masih meraba jenjang karir. Step pertama yang harus kamu lakukan adalah mengerucutkan segala hal yang mau kamu coba secara perlahan, sampai hanya tersisa satu atau dua jenjang karir yang mau kamu tempuh. Nah dari situ, kamu bisa atur rencana dan fokus pada pekerjaan apa yang kamu ingin tersebut.

Tips Kedua : Bidang hubungan dengan keluarga, Tunjukkan bahwa kamu punya rencana



Bertambahnya usia berarti bertambah juga tanggung jawabmu akan diri sendiri, termasuk pertanggungjawaban diri pada orang tua. Sebagai anak yang sudah ‘dewasa’, ada baiknya kamu tak lupa untuk berbagi mengenai rencana-rencanamu dengan orang tua. Setelah kamu berbagi, jangan lupa untuk minta masukan mereka agar rencanamu lebih matang. Tak mengapa jika mereka punya pandangan yang berbeda, dengarkan saja dan ambil yang menurutmu paling logis untukmu. 

Jika kamu adalah anak tunggal ataupun anak bungsu, mudah dipahami bahwa ada sisi anak kecil dalam dirimu yang tidak mau pergi. Kamu masih ingin bergantung dan memberikan segala hak dan keputusan hidupmu pada orang tua. Nah, jika kamu menyadari bahwa kamu punya kecendrungan tersebut, kini saatnya kamu ubah pelan-pelan. Cobalah mulai mengambil keputusan sendiri, misalnya mengenai jalur karir atau pemilihan pasangan. Atur alasan yang logis di balik keputusanmu tersebut. Saya yakin orang tuamu akan bangga dan siap melepasmu secara perlahan!

Tips Ketiga: Bidang hubungan romantis, Saatnya memilih mana yang dikorbankan



Nah, yang terakhir ini adalah kasus yang paling seru. Pada umur 20 tahun ke atas ini, ada fenomena unik yang terjadi di seluruh dunia, dimana mungkin kamu atau pasangan tiba-tiba sadar bahwa kamu belum siap untuk hubungan yang serius, bahkan saat kamu dan pasangan sudah menjalin hubungan selama bertahun-tahun.  

Jika kamu merasakan bahwa kamu harus memilih antara mengeksplor dunia baru atau settle-down dengan pasangan, pastikan bahwa kamu telah memikirkannya masak-masak. Jika kamu memilih mengeksplor dunia baru dan belum settle-down, kamu harus melepaskan pasanganmu. Satu sisi rasa penasaranmu pada banyak hal bisa jadi terjawab karena kamu punya waktu untuk mencobanya, tapi di sisi lain, kamu mungkin akan kehilangan orang yang mungkin saja paling cocok denganmu.

Di sisi lain, jika kamu memilih settle-down, kamu harus masak-masak memikirkan rencana ke depan dengan pasanganmu, termasuk kerelaan untuk mengorbankan beberapa pilihan ‘coba-coba’ yang dapat mengganggu stabilitas rumah tangga. Di satu sisi, kamu bisa menjaga orang yang kamu rasa memang melengkapimu, tapi di sisi lain mungkin kamu akan tetap penasaran dengan hal-hal yang belum pernah kamu coba.

Tips tambahan : Jika pasangan yang merasakan kebimbangan.


Memiliki pasangan yang ‘ragu’ untuk mempertahankan hubungan denganmu pastilah sangat berat. Saran saya, jangan menahannya. Biarkan ia mengambil keputusan sendiri

Mengapa? Karena dengan mengambil keputusan sendiri, kamu membantunya untuk menjadi dewasa. Dia akan belajar bahwa ada resiko di balik segala keputusannya, walaupun dengan membuktikan bahwa keputusannya salah. Jika ia pergi, maka biarkanlah ia mengeksplor dunia untuk menghilangkan quarter life crisis-nya. Jika ia bertahan, cobalah memotivasinya untuk mencoba hal baru yang menurutmu masih feasible dan tidak mengganggu rumah tanggamu nanti.

Bagaimana? Siap menghadapi dan melewati quarter life crisis?



Love,
Sartika

Sumber

Rossi, N.E. & Mebbert,C.J(2011). Does quarter life crisis exist?. The journal of genetic psychology, 172(2), 141-61. 

Comments

Post a Comment