3 Fase Hubungan Yang Mau Tak Mau Harus Kamu Lewati

Dimodifikasi dari artikel yang  saya tulis untuk setipe.com

Menjalin hubungan itu bukanlah seperti air yang tenang ataupun roller coaster yang penuh ketegangan dan keseruan. Pada saat menuju ke tahap yang lebih serius, yaitu pernikahan,  kamu dan pasanganmu akan menghadapi fase manis dan juga pahit tak peduli berapa lama kamu telah mengenal pasanganmu

Secara singkat, beginilah yang kamu dan pasanganmu rasakan paska pesta pernikahan seperti yang telah diteliti oleh para ilmuwan psikologi di Universitas Nebraska


gambar: pinterest.com 
alert : seperti yang dikritik oleh dosen UI saya, gambar di atas hanya untuk bayangan saja fase-fase apa yang mungkin kamu akan alami, untuk tahunnya dan apakah fase tersebut terjadi setiap orang bisa saja berbeda-beda

1.  Fase Bulan Madu












gambar : offbeatempire.com 

Pada fase baru menikah ini, kamu sedang senang-senangnya memiliki pasangan hidup yang secara legal bisa kamu temui 24 jam non stop.  Bagaikan ABG baru pacaran, dunia serasa milik berdua, yang lain ngontrak

What’s fun : excitement feeling! Kamu seperti menikmati tiap detik waktu bersama pasanganmu

What’s tricky : Agak melupakan orang-orang terdekat sangking serunya menikmati waktu berdua

2. Fase Perjuangan










gambar : circlebloom.com 

Fase bergembira  tersebut lalu mulai menurun ketika kamu memiliki anak, berencana untuk pindah ke rumah yang lebih besar, bimbang akan karir, biaya pendidikan anak, dan keputusan serba menegangkan lainnya yang mau tak mau harus kalian cari jalan keluarnya. Pada masa inilah masa-masa pernikahan diuji. Hampir tidak mungkin fase ini dilalui tanpa adanya perbedaan pendapat. Pada fase ini juga, sifat dari pasanganmu yang asli akan terlihat. Banyak pasangan yang baru sadar bahwa mereka tidak cocok dan memutuskan berpisah.  Tapi tenang, di fase ini juga kamu jadi belajar banyak tentang hidup bersama orang lain.

What’s fun : Memenuhi harapan dalam rumah secara bertahap; punya anak dan mendampinginya sampai tumbuh dewasa, punya rumah atau kendaraan pribadi sendiri, mendapatkan pekerjaan yang sesuai. You’ll be thankful one day

What’s tricky :  Tidak ada hasil akhir yang indah tanpa proses yang agak ‘berdarah-darah’. Fase ini menuntut perjuangan dan kesabaran yang besar, karena dari sinilah mental dan fisikmu diuji untuk menghadapi tantangan pernikahan. Oleh karena itu, susunlah strategi sedini mungkin agar fase ini bisa terlewati dengan baik.

3. Fase Bulan Madu kedua










gambar : familyshare.com 

Setelah banyaknya tantangan yang telah kalian lalui kamu dan pasanganmu akan makin settle dengan banyak hal. Kalian jadi makin canggih dalam menghadapi masalah. Selain itu, umur yang makin bertambah membuatmu harus melepaskan jabatanmu dan juga melepas anak untuk membina pernikahannya sendiri. Pada saat itu, kamu jadi akan lebih fokus ke pasanganmu dan merasakan cinta yang meluap-luap kembali layaknya baru menikah. Kamu jadi lebih mudah merencanakan liburan ataupun sekedar jalan-jalan singkat untuk mengenang masa pacaran dulu. Selamat, kini kamu tinggal memetik hasilnya!

What’s fun : Kamu bisa bernafas dengan lebih lega, tidak ada lagi pikiran mengenai bayar sana-sini, tidak ada lagi ‘tuntutan’ mendidik anak dengan cara yang benar (bahkan sekarang saatnya anakmulah yang memperhatikanmu). Kamu tinggal menikmati indahnya dunia.

What’s tricky: Terkadang ‘stres’ ini membuat rindu, apalagi kamu tidak bertemu dengan kegiatan (kerja) atau orang (anak) yang sekian puluh tahun selalu kamu temui sehari-hari. Tetapi tentu saja sekarang fokusmu bisa kamu curahkan ke pasangan yang setia menemanimu sampai saat ini.


Ya, memang untuk menjalin hubungan yang serius dibutuhkan usaha yang poll-pollan dari kedua belah pihak. Tetapi saya yakin, dengan bekal yang saya beri tersebut kamu jadi tidak kaget lagi saat harus menghadapi hal tersebut. Kamu bisa colong start juga dengan mencari pasangan yang cocok (jika kamu masih jomblo). Jika kamu telah ada pasangan, ada baiknya juga  menanyakan bagaimana kehidupan ideal yang dipikirkan pasanganmu sebelum kamu memutuskan menikah.


sumber ; 
Berscheid, E. & Regan, P. (2005). The psychology of interpersonal relationships. New Jersey: Person Education Inc
Vanlaningham, I., Johnson, D.R., & Amato, L.P. (2001). Marital Happiness, Marital Duration, and the U-Shaped Curve: Evidence from a Five-Wave Panel Study. Social forces, 79,4, 1-29. 

Comments