Tak Perlu Cantik atau Tampan untuk Tampil Menarik

Ditulis pada 7 Februari 2014 untuk ruangpsikologi.com


“Ah dia sih enak Cakep, apa-apa pasti gampang!” – Seorang teman saya ketika melihat seorang wanita cantik lewat
Saya tertarik untuk menanggapi celetukan teman saya tersebut ke dalam bentuk tulisan. Baiklah, tak bisa disangkal bahwa penilaian pertama pada seseorang adalah pada fisik, pada sepersekian detik pertama saat mereka melihat sosok kamu. Tetapi jangan salah, tidak hanya seberapa cantik/ganteng seseorang yang mempengaruhi orang akan tertarik atau tidak. Ada beberapa faktor eksternal lain yang tidak kita sadari memengaruhi penilaian seseorang terhadap seberapa menarik lawan jenisnya bahkan sebelum kamu melakukan interaksi langsung.
Tak Perlu Cantik atau Tampan untuk Menarik Hatinya
Kenapa sih saya harus peduli sama tingkat menarik individu?
Sebelumnya izinkan saya mendefinisikan apa itu kemenarikan atau attractiveness. Menurut kamus Merriam-Webster, kemenarikan adalah memiliki penampilan yang menyenangkan, terutama yang menyebabkan perasaan romantis atau seksual terhadap seseorang. Jadi lewat definisi tersebut dapat kita garis bawahi bahwa menarik itu adalah memiliki penampilan yang menyenangkan, yang indah untuk dilihat seseorang. Tidak ada yang mengatakan penampilan tersebut harus cantik/ganteng bukan?
Terkait dengan manfaat menjadi menarik, Langois dkk. (2000,dalam Anderson, Adams, & Plaut, 2008) menemukan bahwa individu dewasa yang menarik mendapatkan lebih banyak perhatian, interaksi sosial yang positif, dan pertolongan dari orang lain dibandingkan individu yang kurang atraktif. Selain itu, mereka juga lebih sukses di pekerjaan, memiliki lebih banyak pengalaman seksual dan berkencan, lebih populer, serta lebih sehat secara fisik dan mental. Lebih jauh lagi, Buss dkk. (1990 dalam Anderson, Adams, & Plaut,2008) juga mengatakan bahwa kemenarikan adalah salah satu hal penting yang menjadi pertimbangan dalam mencari pasangan hidup pada hampir semua beragam budaya. Dari pernyataan tersebut, bisa dilihat bahwa menjadi menarik ternyata memiliki banyak efek positif yang bisa dimanfaatkan dalam berbagai konteks interaksi sosial kita.
Sesuai dengan pernyataan saya sebelumnya, berikut faktor eksternal yang bisa kita manfaatkan untuk terlihat menarik:
1. Ekspresi Wajah: Senyum untuk Wanita tapi Tidak untuk Pria
Selama beberapa tahun belakangan ini penelitian mengenai ekspresi wajah mulai populer, terutama dalam mendeteksi kebohongan, seperti serial “Lie To Me” dari Paul Ekman yang cukup banyak penggemarnya. Penelitian mengenai ekspresi wajah juga dilakukan untuk mengukur seberapa menariknya seseorang. Pada penelitiannya, Tracy dan Beall (2011) meminta partisipan untuk memberikan penilaian pada foto seseorang dengan empat ekspresi berbeda. Hasilnya, partisipan perempuan paling tertarik pada foto laki-laki dengan ekspresi bangga, dimana laki-laki tersebut menunjukkan sedikit senyum. Sementara laki-laki paling tertarik pada foto perempuan dengan ekspresi senang, dimana perempuan tersebut tersenyum lebar.
Tak Perlu Cantik atau Tampan untuk Menarik Hatinya
Secara tidak langsung, senyum mencerminkan keterbukaan dan penerimaan pada hubungan. Dalam mencari pasangan, Buss (2008 dalam Tracy & Beall, 2011) mengatakan bahwa laki-laki memiliki preferensi pemilihan pasangan pada wanita yang memiliki sifat tersebut. Sebaliknya, sesuai teori evolusi, wanita lebih memiliki preferensi pada laki-laki yang memiliki kemampuan untuk menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan. Laki-laki yang tersenyum lebar secara tidak langsung menunjukkan bahwa dirinya submisif dan kurang bisa menyediakan hal tersebut. Hal ini juga sesuai dengan teori Gender Norm Consistency dimana terdapat norma gender yang mengharuskan wanita lebih submisif dan lemah, dan laki-laki lebih dominan dan percaya diri (Cicone & Ruble, 1978; Rainville & Gallagher, 1990; Tracy &Beall, 2011
Oleh karena itu, saran pertama saya adalah senyum yang lebar untuk wanita. Untuk yang laki-laki, saya tidak menyarankan kamu untuk selalu jaga image tentunya, tetapi mungkin ada baiknya terlihat berwibawa untuk kesan pertama yang menarik

2.  Warna : Pakai Merah!
Warna merah adalah warna yang sering kita lihat sehari-hari seperti warna apel, warna lipstik, hingga warna sepatu pada lambang sebuah film yang bisa kita asosiasikan dengan seduktivitas. Menurut beberapa peneliti (Aslam, 2006; Jacobs, Keown, Worthley, &Gyhmn, 1991; Kaya & Epps, 2004; Neto, 2002; Elliot & Niesta,2008), merah cenderung diasosiasikan dengan gairah, nafsu, dan cinta romantis. Merah juga secara tidak langsung melambangkan fertilitas (Knight, Powers, & Watts,1995; Kohn, 1999; Lee, 2006; Elliot & Niesta,2008).
Elliot dan Niesta (2008) melakukan penelitian eksperimen dengan menaruh foto wanita menggunakan latar belakang merah dan latar belakang putih pada cv yang dibaca oleh dua kelompok partisipan laki-laki (dibagi berdasar warna latar belakang foto). Setelah itu partisipan mengisi kuesioner mengenai seberapa menarik wanita yang cv-nya mereka baca.
Hasilnya, partisipan yang  mendapatkan foto berlatar belakang merah menilai kemenarikan wanita tersebut lebih tinggi daripada partisipan yang mendapatkan foto berlatar belakang putih. Elliot dkk. (2010) juga melakukan penelitian yang  serupa dengan partisipan wanita. Hasilnya serupa, di mana partisipan lebih tertarik pada foto laki-laki yang berlatar belakang atau berbaju merah dibandingkan berwarna putih. Dari penelitian tersebut dapat kita lihat betapa kuatnya asosiasi kita terhadap ‘seksinya’ warna merah.
merah menarik
Jadi, siap untuk pakai warna merah?
3. Smells Good: Tetap bersih dan Tidak Berparfum
Dalam memilih pasangan, bau berada pada urutan ketiga terpenting pada wanita dan keempat pada pria.
Selain visual, seberapa menarik seseorang juga dapat dilihat dari bau badan seseorang. Pada penelitiannya pengenai preferensi pemilihan pasangan, Herz dan Cahill (1997, dalam Herz & Inzlicht, 2002) menemukan bahwa wanita lebih mementingkan karakteristik bau dibandingkan penampilan, walaupun laki-laki lebih mementingkan penampilan.
Pada penelitiannya, Herz dan Inzlict (2002) melakukan survey terhadap preferensi pemilihan pasangan. Dari 10 item, bau berada pada urutan ketiga terpenting pada wanita dan keempat pada pria. Selain itu, pria dan wanita sama-sama menyukai lawan jenis yang bersih dengan bau badan aslinya dibandingkan memakai parfum walaupun mereka menyukai baunya.
Laki laki Wangi
Mungkin terkesan agak kontroversial jika parfum kurang dianjurkan. Preferensi bau badan dibanding parfum  tersebut muncul  karena adanya genotip major histocompatibility complex (MHC) pada manusia yang membuat kita memilih pasangan berdasarkan bau badannya (Potts, Manning, & Wakeland, 1991, dalam Herz & Cahill ,2002) . Menurut Furlow (1996) bau juga menandakan fertilitas dari seseorang dan tanda bahaya jika ada bau yang tidak sedap. Jika memakai parfum, maka bau badan asli kamu akan tertutup dan orang sekitar kamu tentu tidak bisa tertarik jika bau badan kamu tidak tercium. Walaupun tidak memakai parfum, tentunya kamu tetap harus bersih agar bau lain tidak menempel.
Oleh karena itu, saran saya adalah tetap bersih dan tidak berlebihan jika ingin memakai parfum.
Sebenarnya masih  banyak faktor yang baik secara sadar maupun tidak sadar memengaruhi penilaian orang lain terhadap seberapa menarik kita. Saya rasa  dengan mengetahui adanya beberapa cara yang dapat membuat kita lebih menarik di mata orang lain, kita dapat memanfaatkan hal tersebut untuk tujuan yang baik. Seperti mencari pekerjaan atau mendapat jodoh untuk yang masih single, mungkin?
Sumber yang dipakai:
Anderson, S. L., Adams, G., & Plaut, V. C. (2008). The cultural grounding of personal relationship: The importance of attractiveness in everyday life. Journal of Personality and Social Psychology, 95(2), 352-368. doi:http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.95.2.352

Attractiveness [Def. 1].(n.d). In Merriam Webster Online, Diakses 28 Desember,2013, dari http://www.merriam-webster.com/dictionary/attractiveness

Elliot, J.A. &Niesta, D. (2008). Romantic Red: Red Enhances Men’s Attraction to Women. Journal of Personality and Social Psychology, 95(5), 1150-1164.doi: 10.1037/0022-3514.95.5.1150

Elliot, dkk (2010). Red, Rank, and Romance in Women Viewing Men. Journal of Experimental Psychology: General. 139(3),399-417, doi: 10.1037/a0019689

Furlow, F. B. (1996, Mar). The smell of love. Psychology Today, 29, 38-45. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/214474516?accountid=17242

Herz, R.S. & Inzlicht, M (2002). Sex differences in response to physical and social factorsinvolved in human mate selection. The importance of smell for women. Evolution and Human Behaviour, 23, 359-364. PII: S1090-5138(02)00095-8

Tracy, J.L, &Beall, A.T. (2011). Happy Guys Finish Last: The Impact of Emotion Expression on Sexual Attraction. American Psychological Association,1-9doi: 10.1037/a0022902.


------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ditulis pada 7 Februari 2014 untuk ruangpsikologi.com. 

Link :   http://ruangpsikologi.com/sosial/tak-perlu-cantik-atau-tampan-untuk-menarik-hatinya/#ixzz2yOzOcWpj 

Comments