Sebelum saya
membahas mengenai rejection sensitivity, saya
ingin kamu memilih satu diantara keempat pilihan di bawah ini yang paling
sesuai dengan kamu:
a) Mudah
bagi saya untuk dekat secara emosional dengan orang lain. Saya merasa nyaman
bergantung satu sama lain. Saya tidak memiliki kecemasan akan kesepian dan
tidak diterima oleh orang lain.
b) Saya
tidak nyaman dekat dengan orang lain. Saya menginginkan hubungan yang dekat
secara emosional tetapi sulit untuk mempercayai atau bergantung pada orang
lain. Saya takut saya dapat terluka jika membiarkan diri saya terlalu dekat
dengan orang lain.
c) Saya
menginginkan hubungan yang intim secara emosional dengan orang lain, tetapi
sering kali saya menemukan bahwa orang tersebut enggan untuk berdekatan dengan
saya. Saya tidak nyaman tanpa adanya hubungan dekat, tetapi saya memiliki
kecemasan bahwa orang lain tidak memandang saya seperti saya memandang mereka.
d) Saya
nyaman tanpa memiliki hubungan emosional yang dekat. Sangat penting bagi saya
untuk merasa mandiri dan memenuhi kebutuhan saya sendiri. Saya memilih untuk
tidak bergantung kepada orang lain dan sebaliknya
Baiklah, jika kamu memilih jawaban B dan C, bisa jadi
kamu memiliki ketakutan yang besar untuk ditolak, atau yang biasa disebut
dengan rejection sensitivity

Sebenarnya apa
itu rejection sensitivity? Menurut Downey dan Feldman (1996) rejection sensitivity adalah keadaan
dimana seseorang secara cemas menduga, mempersepsikan, dan memberikan reaksi
berlebihan kepada penolakan. Horney
(1937 dalam Downey & Feldman, 1996) mengatakan bahwa ketakutan akan ditolak
ini berasal dari kecemasan dasar akan ditinggalkan, dianiaya, dipermalukan dan dikhianati, sehingga sekecil apapun bentuk penolakan
dirasakan menyakitkan, seperti pembatalan janji, harus menunggu, atau keterlambatan
mendapatkan tanggapan. Orang dengan rejection
sensitivity biasanya disebabkan ole pengalaman penolakan yang menyakitkan
sehingga membuat mereka concern dengan
seberapa mereka disukai dan diterima (Kornel,2011).
Dalam kehidupan
seseorang dengan rejection sensitivity,
perasaan takut akan penolakan ini juga turut memengaruhi kesehariannya. Menurut
Weeks (2011) individu dengan rejection
sensitivity cenderung merasakan stres yang ekstrim pada kehidupan
sehari-hari. Stimulus yang dipersepsikan sebagai penolakan ini seringkali
menimbulkan depresi dan kemarahan dari
individu (Kornel, 2011). Tentunya
emosi-emosi negatif tersebut dapat mengakibatkan turunnya well-being individu

Lebih jauh lagi,
dari penelitian Downey dan Feldman (1996) mengenai rejection sensitivity pada
hubungan romantis ditemukan bahwa individu dengan tingkat rejection sensitivity yang tinggi cenderung merasakan kecemburuan,
ketidakpercayaan, bahkan melakukan kekerasan pada pasangan sehingga berujung
pada ketidakpuasan dalam hubungan serta ketidakpuasan pada kehidupan.
Apakah ciri-ciri
dari individu yang memiliki rejection sensitivity? Menurut Downey
dan Feldman (1996), individu dengan ketakutan akan ditolak cenderung bereaksi
negatif terhadap stimulus yang ambigu, mudah sedih, mudah marah dan melakukan
kekerasan, insecure, cemburu, tidak
suportif, dan cenderung mengontrol. Selain itu, individu dengan rejection sensitivity cenderung lebih
rela berkorban untuk kelompoknya agar diterima kelompoknya, seperti
merencanakan pertemuan dan membayar lebih banyak (Kornel,2011). Jika kamu
merasa hal tersebut cocok dengan kepribadianmu, kini saatnya kamu sadar bahwa
kamu memiliki kecendrungan sensitif terhadap penolakan.
Lalu, apakah rejection senstivity tidak bisa
dihilangkan? Menurup Weeks (2011) rejection
sensitivity dapat dikurangi dengan mencari lingkungan yang suportif. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Downey dan Feldman (1996) yang menyarankan untuk
mencari dukungan dan panduan dari significant
others (orang yang cukup penting dalam kehidupanmu) seperti orang tua, teman
dan kekasih. Jika diperlukan kamu juga
dapat mencari dukungan pada terapis.
Selain itu,
Weeks (2011) juga menyarankan untuk mencari tahu keadaan sebenarnya dari
situasi ambigu yang dihadapi. Pada penelitian Graham (1993, dalam Weeks 2011),
Graham berhasil mengurangi rejection
sensitivity dan hostilitas dari anak laki-laki berusia 12 tahun dengan
mengajarkan bagaimana cara menghadapi peristiwa yang bisa dianggap provokasi
tanpa kekerasan. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa semakin awal rejection sensitivity
terdeteksi dan diberi intervensi,maka semakin mudah untuk dikurangi.
Cara terakhir
yang cukup penting adalah mengenali diri sendiri. Seseorang dengan rejection sensitivity seringkali merasa
insecure dan tidak berharga, untuk itu penting untuk membuat sebuah list
mengenai apa kelebihan kamu dan juga kekurangan kamu. Dengan membuat list,
kelebihan kamu dapat kamu tingkatkan dan kamu juga lebih mudah untuk mencari
solusi dari kekurangan kamu
Sebagai tambahan kamu bisa membuat list
kecemasan kamu beserta keadaan riil saat ini, buatlah sespesifik mungkin agar
dapat meminimalisir keadaan ambigu. Saya akan mencontohkan sedikit melalui
tabel di bawah ini
No
|
Kelebihan
|
Kekurangan
|
1
|
Saya memiliki teman-teman yang
selalu ada
|
Saya sering menghilangkan barang
|
No
|
Ketakutan
|
Realita
|
1
|
Ditinggalkan Pacar
|
Pacar saya tidak kemana-mana. Ia hanya belum
membalas pesan 1 jam yang lalu.
|
Dari uraian di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa walaupun rejection
sensitivity memiliki dampak buruk bagi kehidupan bukan tidak mungkin untuk
dihilangkan dengan mencari dukungan dan lebih mengenali diri sendiri,
Seperti
ungkapan Abraham Lincoln,
“It is difficult to make a man miserable while he feels worthy of
himself and claims kindred to the great God who made him”

Apapun yang telah Kamu hadapi, percayalah
kamu berharga dan layak dicintai!
Comments
Post a Comment