Berbohong untuk Mendapatkan Pasangan?

Ditulis untuk ruangpsikologi..com pada 26 Februari 2014
Laki-laki cenderung berbohong mengenai besar komitmen, perempuan cenderung berbohong mengenai penampilan fisiknya.
Zaskia Gotik, penyanyi dangdut dengan goyangan fenomenalnya itu kini tengah bersedih hati. Zaskia yang baru saja mengecap kebahagiaan karena bertunangan, harus menerima kenyataan pahit bahwa Vicky Prasetyo, laki-laki yang melamarnya itu ternyata tidak jujur kepadanya. Zaskia begitu kecewa, karena Vicky telah membujuk rayunya dengan janji-janji surga. “Vicky merayuku, meyakinkanku bahwa dirinya masih sendiri. Selain itu, Vicky mengaku bahwa dia adalah seorang pebisnis sukses” ujar Zaskia (dikutip dari http://www.vemale.com/ragam/34043-zaskia-gotik-tertipu-janjimu-semanis-madu-tapi-ternyata-palsu.html)
Kasus Zaskia Gotik di atas merupakan kasus yang cukup hangat di Indonesia pada tahun 2013 silam dimana beliau hampir saja menikah dengan seorang laki-laki yang ternyata secara mentah-mentah menipu dirinya. Kasus tersebut hanyalah salah satu contoh dari kebohongan yang dilakukan lawan jenis untuk memiliki pasangan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hancock, Toma, dan Ellison (2007) mengenai kebohongan pada situs kencan online, sebagian besar dari partisipan melakukan modifikasi data penampilan (seperti menambahkan ukuran tinggi dan mengurangi berat badannya) serta data usianya agar terlihat lebih menarik.Kasus-kasus tersebut menggelitik saya untuk mengulas kebohongan dalam mencari pasangan ini.
Sebelum membahas lebih jauh, apa sih kebohongan itu? Menurut Vrij (2000) kebohongan adalah usaha yang disengaja, baik sukses maupun gagal, tanpa pemberitahuan awal, untuk menciptakan kepercayaan yang tidak benar pada orang lain. Dari definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan seseorang dapat digolongkan menjadi perilaku berbohong jika tindakannya sengaja dan memang menipu calon pasangannya. Menurut Vrij, individu juga berbohong cukup intens pada calon pasangan romantisnya, yaitu minimal sekali berbohong pada tiga kali interaksi.
Pacar Bohong
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengapa individu dapat berbohong pada calon pasangannya.Menurut Buss (1988) individu melakukan kebohongan untuk membuat dirinya terlihat lebih menarik dibandingkan kompetitornya. Hal tersebut terkait dengan teori dari Darwin mengenai sexual selection yang mengatakan bahwa individu yang memiliki jenis kelamin yang sama akan bersaing untuk menarik lawan jenisnya. Salah satu yang dapat menjadikannya unggul adalah dengan menampilkan mate-attracting signals atau sinyal yang menarik bagi calon pasangan. Jika individu merasa tidak memiliki faktor yang akan menarik pasangan, salah satu cara yang biasanya diambil adalah berbohong.
Selain itu, Depaulo dan Kashy (1998) juga mengatakan bahwa individu sering meragukan apakah ‘true self’ mereka cukup menarik untuk dicintai calon pasangannya. Individu mungkin sangat ingin membuat calon pasangannya terkesan dan untuk dicintai dan dikagumi oleh calon pasangannya, tetapi merasa insecure mengenai kesuksesannya. Ketidakpastian apakah ‘true self’ tersebut cukup menarik untuk mendapatkan pasangan inilah yang membuat individu menampilkan dirinya sebagai seseorang yang diinginkan, bukan sebagai pribadi yang sebenarnya.
Serupa dengan teori dari Depaulo dan Kashy, alasan berbohong terakhir terkait dengan teori the expectation-discordance dari Rowatt, Cuningham & Druen (1999). Teori ini mengatakan bahwa individu akan melakukan kebohongan ketika melihat bahwa ia tidak mungkin atau sulit untuk memenuhi kebutuhan pihak lain ketika mereka jujur. Pada kasus Zaskia Gotik, mungkin Vicky merasa bahwa Zaskia tidak akan mau menerimanya apabila Zaskia mengetahui bahwa dirinya tidak bisa menyediakan apa yang Zaskia inginkan.
Lalu,apakah ada kecendrungan untuk berbohong pada aspek tertentu? Menurut Tooke and Camire (dalam Rowatt, Cuningham & Druen, 1999) mengatakan terdapat perbedaan gender pada taktik berbohong untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Pada laki-laki, mereka cenderung berbohong pada besar komitmen, ketulusan, serta kemampuan menyediakan sumber daya untuk wanita. Dalam kasus Zaskia tersebut, Vicky berbohong bahwa dirinya masih sendiri dan seorang pebisnis sehingga secara sengaja membuat Zaskia percaya Vicky dapat menyediakan sumber daya untuk kehidupan Zaskia nanti.
Pacar Bohong

Berbeda dengan laki-laki, perempuan sendiri lebih cenderung berbohong pada penampilan fisiknya pada laki-laki, seperti mengenai usia dan berat badan. Kedua hal tersebut tentunya berhubungan dengan preferensi pemilihan pasangan, di mana individu akan cenderung memilih seseorang dengan kualitas tertentu. Kualitas tersebutlah yang dilomba-lombakan dimiliki oleh calon pasangan sehingga mereka berbohong.
Pacar Bohong

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa banyak alasan dan banyak celah yang dapat mendorong individu untuk berbohong dalam menimbulkan ketertarikan pada calon pasangannya. Sebenarnya, tidak ada salahnya untuk berusaha menarik perhatian pasangan, tetapi kita juga sebaiknya tidak berusaha untuk menipu pasangan yang akan menjadi orang terdekat dalam hidup kita nanti. Selain itu, kita juga tetap harus pintar dan selalu teliti dalam memilih calon pasangan. Tentunya tak ada yang ingin berakhir patah hati seperti kasus di atas bukan?
Sumber yg dipakai:
“Anonim (September,2013) Zaskia Gotik Tertipu, Janjimu Semanis Madu Tapi Ternyata Palsu. Diambil dari http://www.vemale. com/ragam/34043-zaskia -gotik-tertipu-janjimu-semanis-madu-tapi-ternyata-palsu.html.
Buss, D. M, (1988). The evolution of human intrasexsual competition: Tactics ofmate attraction. Journal of Personality and Social Psychology, 54(4), 616-628. doi: 0022-3514/88.
DePaulo, B. M., & Kashy, D. A. (1998). Everyday lies in close and casualrelationships. Journal of Personality and Social Psychology, 74(1), 63-79. doi: http://dx.doi.org/10.1037/0022-3514.74.1.6.
Hancock, J. T., Toma, C., & Ellison, N. (2007). The truth about lying in onlinedating profiles. Online Representation of Self. doi.10.1145/1240624.1240697.
Rowatt, W. C., Cunningham, M. R., & Druen, P. B. (1999). Lying to get a date:The effect of facial physical attractiveness on the willingness to deceive prospective dating partners. Journal of Social and Personal Relationships,16(2), 09-22 doi: 10.1177/0265407599162005.
Vrij, A. (2000). Detecting lies and deceit: The psychology of lying and theimplications for professional practice. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Comments